KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Perkenalkan saya Mujiarotul Khasanah, S.Kom. dari SMAN 6 Kabupaten
Tangerang, Banten. Calon Guru Peggerak Angkatan 8 tahun 2023. Pada kesempatan
ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan
kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa
yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi
seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai
manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun
karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia
yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan
moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam
menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh
sekolah, adalah teladan bagi murid.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal
ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik
dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan tempat tinggal.
Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu
memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan
keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai
kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan
integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan
keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik
senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai
kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini
sejalan dengan kalimat bijak berikut:
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku
etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses
menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma sehingga akan
menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk
menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan
saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai
negeri ini di masa depan.
Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan
atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru
Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki
kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh
bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang sampai saat ini masih menjadi
landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang
pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut
Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang),
yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan
memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan
dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan ini memiliki
makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan,
yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka
sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil
pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di
sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada konten kurikulum, namun
transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus
dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan
keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh
kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Perangai seseorang terkadang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang
tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap
prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil
keputusan. Begitu pula dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan
diri (self management), kesadaran sosial (social awareness)
dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills),
akan mendukung dalam mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Hal
ini dapat dilakukan oeh seorang pendidik dengan memberikan dorongan secara
moril maupun materil bagi semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang
tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai
kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan
kebijakan — kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Tidak dapat dielakkan bahwa kita selalu dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan dalam penyelesainnya. Dalam
pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah yang mengacu pada prinsip
tertentu, karen dalam pengambilan keputusan berkaitan erat dengan masa depan
suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang sifatnya strategis.
Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah
keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki
keterampilan coaching.
Selama proses pembelajaran, pendampingan dalam pengujian pengambilan
keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan
oleh fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman
saya.
Beberapa contoh praktik coaching dapat memberi gambaran yang utuh untuk
dapat diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil dengan teknik coaching yang
berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang
berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik
coaching dilakukan denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui
tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu
mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari
coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan
hambatan — hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini
karena coach mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu
membantu menguraikan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot.
Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap
siswanya sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan
di sekolah dengan baik.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional
sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan
keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi
yang ada dengan berpedoman pada 9 langkah pengambilan keputusan. Melalui kedua
dasar tersebut kita dapat menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema
etika atau bujukan moral.
Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati,
sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati
dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita
dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, disaat harus melakukan
pengambilan keputusan. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan
bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Dalam setiap keputusannya harus
mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai
kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa
keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka
panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan,
dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Menentukan siapa saja yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji
regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
Pengujian paradigma benar lawan benar
Prinsip Pengambilan Keputusan
Investigasi Opsi Trilemma
Buat Keputusan
Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan
semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah
terlatih akan mempunyai rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan
mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak.
Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu
keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan
didapat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis
permasalahan dari berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat,
sehingga mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema
etika ataukah bujukan moral.
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada
masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif
maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan
dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan
kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung
bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan
ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan
antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin
akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan
menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai
kebenaran dan kebajikan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah.
Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai
kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan
tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan
kompetensinya.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya
dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip
penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan
prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun
hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi
dalam pengambilan keputusan terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilemma etika
adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua
pihak. Namun dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat
meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima
oleh semua pihak.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran
memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan
merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan
potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan
murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai
dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi
pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan
harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu
mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat
berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari kurikulum kelas XI di SMK yang
tidak lagi memecah materi menjadi beberapa kompetensi, namun menjadi satu
kesatuan utuh dan mendalam kedalam satu mata pelajaran. Penggunaan model
pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap siswa
sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan
pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara
eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat dan
mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social
emosional murid-murid kita.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan
dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan
membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah
kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan
menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan
bertindak.
Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari.
Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik
harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas
benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji
legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola
akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak
menyesatkan murid-murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan
keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan
suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik.
Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus
berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang
diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang
diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan
pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya
positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan
semata untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam
perjalanannya banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral.
Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.
Sekolah sebagai institusi yang berfungsi memberikan pelayanan,
membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik agar memiliki
sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas melakukan proses
transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak hal yang harus
dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang mewarnai
kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu
mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan
yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk
mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang
nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid menjadi
insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila. Harapan ini
pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian ini tentu
banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan
moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan
keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada murid demi
terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka
kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan
gaya belajarnya.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan
keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun
sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian
pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat
untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan
diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan
dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada
pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Saya sudah merasa aman bila
keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan
banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan
bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan
prinsip-prinsip yang ada.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang
besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan
keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata
banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma
etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community),
rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas
3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan
tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran
maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi.
Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa
keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak
pada murid.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai
seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena
dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang
dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan
kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan
merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan
hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan
keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam
pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma
dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji
Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based
Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir
berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan
hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis
rasa peduli (Care-Based Thinking).
Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih
sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukannya agar
menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan
aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru tergerak, bergerak dan
menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.